Bukittinggi City

Sabtu, 09 April 2011

Otak Manusia Terus Berevolusi

Dalam 5.000 tahun terakhir, otak manusia menyusut sekitar 10 persen.

Apakah evolusi pada manusia sudah benar-benar berhenti?
Sederet bukti ilmiah menunjukkan, evolusi masih terus terjadi. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan, evollusi ini berjalan semakin cepat.
Salah satu contohnya, evolusi pada otak manusia. Pengamatan komprehensif yang dilakukan sekelompok ilmuan di Univesrsitas Wisconsin AS menunjukkan, otak manusia selama 10 ribu tahun belakangan mengalami evolusi. “Kami menemukan bahwa otak manusia berevolusi hingga saat ini, “ujar ahli paleontropologi John Hawks dari Universitas Wisconsin.
Berdasarkan pengukuran tulangl tengkorak kepala, otak manusia mengalami penyusutan selama 5.000 tahun ini.
“Jika membicarakan evolusi yang terjadi pada manusia modern, buktinya memang tidak banyak. Namun data arkeologi dari Eropa, Cina, Afrika Selatan dan Australia menunjukkan, otak manusia telah menyusut sebanyak 150 sentimeter kubik, atau sekitar 10 persen.”paparnya.
Penyebab menyusutnya otak manusia lanjut dia, ditengarai karena pola kehidupan yang kian spesifik. Manusia mengandalkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya yang beragam, sementara ia hanya mengerjakan beberapa hal yang dikuasainya. Hal ini berkebalikan dengan kehidupan zaman berburu dan meramu saat individu harus memenuhi kebutuhannya sendiri. “Karena kegiatan yang terspesialisasi itulah manusia tidak membutuhkan otaknya seperti pada zaman purba. “tambahnya.
Evolusi pada manusia modern juga dapat diliat dari hubungan antara manusia dengan malaria. Penyakit ini mengancam manusia sejak zaman purba, sehingga ada kebutuhan dari dalam tubuh manusia untuk mempertahankan diri dari malaria. Manusia yang memiliki gen resisten terhadap malaria, memiliki kemungkinan untuk bertahan hidup. Sementara makhluk hidup lain yang tak memiliki semaacam kekebalan tubuh terhadap malaria, tak punya kesempatan untuk beranak-pinak.
Banyak contoh yang menunjukkan pertahanan tubuh manusia terhadap malaria. Misalnya, sel sabit anemia yang diketahui merupakan bentuk menyimpang dari sel darah merah yang sehat yang bisa mengganggu aliran darah dan merusak jaringan sel. Namun, ternyata perubahan bentuk sel darah merah ini juga dapat menyebabkan parasit malaria tidak dapat berkembang dalam sel darah yang berbentuk sabit.
“Walaupun sel sabit paling banyak ditemukan di Afrika, namun gen India dan Pakistan sepertinya menunjukkan evolusi yang terpisah, “julas Hawks. Kedua jenis gen itu berevollusi sejak 3-4 ribu tahun belakangan hingga manusia modern saat ini. Dan populasi yang memiliki sel darah merah yang berbentuk sabit itu meningkat 10-15 persen. “Ini perubahan yang cukup cepat”,tegas Hawks.

Makanan dan Minuman

Toleransi terhadap laktosa (zat yang terdapat dalam susu) adalah salah satu bukti evolusi pada manusia.
Kebanyakan populasi manusia tidak toleran terhadap laktosa. Manusia dewasa tidak dapat mencerna laktosa susu yang kompleks. Namun, evolusi yang terjadi menunjukkan, sejak skitar 7.500 tahun lalu, khususnya di Eropa, manusia sudah bisa menoleransi susu yang bukan berasal dari manusia, dan bisa mendapat makanan bernutrisi baik tanpa membunuh binatang. Contoh lainnya, terjadi evolusi gen berhubungan dengan kemampuan manusia melindungi dirinya dari dabetes mellitus tipe ll.
Sementara itu, terdapat beberapa tanda yang menunjukkan bahwa evolusi manusia mengalami percepatan. Hawks dan kolegannya menemukan bukti, mutasi gen yang terjadi sekarang relative lebih cepat dibanding yang terjadi selama 40 ribu tahun belakangan.
Penyebabnya adalah, ekologi manusia juga turut berubah, dengan perubahan yang relatif cepat. Perubahan yang terjadi pada budaya pertanian misalnya, menyebabkan perubahan pada makana manusia. Kemudian gen manusia juga beradaptasi dengan perubahan itu. Misalnya, manusia modern telah memiliki gen yang dapat mencerna zat tepung.

Pelestarian Lingkungan Hidup

Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup disekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:

Pelestarian tanah
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Kita mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen. Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organism.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:

1.  Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita. Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis.

2. Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin.

3.  Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer. Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut.

Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi.

Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:

1. Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2. Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3. Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4. Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5. Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai     pengelolaan hutan.

Pelestarian laut dan pantai
Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian .

Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:

1. Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
2. Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4. Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan.
Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:

1. Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2. Melarang kegiatan perburuan liar.
3. Menggalakkan kegiatan penghijauan.

Erudite Method

     Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.
     Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.” Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa “metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”
     
     Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam metode ilmiah bekerja, seperti di bawah ini:

Kriteria:
1. Berdasarkan fakta.
2. Bebas dari prasangka.
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
4. Menggunakan hipotesa.
5. Menggunakan ukuran objektif.
6. Menggunakan teknik kuantifikasi.

Langkah-langkah:
1. Memilih dan mendefinisikan masalah.
2. Survei terhadap data yang tersedia.
3. Memformulasikan hipotesa.
4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa.
5. Mengumpulkan data primer.
6. Mengolah, menganalisa, serta membuat interpretasi.
7. Membual generalisasi dan kesimpulan.
8. Membuat laporan.

Kriteria Metode Ilmiah
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan fakta.
2. Bebas dari prasangka.
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
4. Menggunakan hipotesa
5. Menggunakan ukuran objektif.
6. Menggunakan teknik kuantifikasi.

Langkah Dalam Metode Ilmiah
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil oleh beberapa ahli dalam mereka melaksanakan penelitian.

Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-masalah yang ingin dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau bukti, baik langsung atau pun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentasi dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi, dan footnote.
15. Menulis laporan penelitian.

Dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah, Abclson (1933) memberikan langkah-langkah berikut:
1. Tentukan judul.
2. Pemilihan masalah.
3. Pemecahan masalah.
4. Kesimpulan.
5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan dengan masalah.

Pola berpikir induktif dan deduktif

Pada hakekatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme. Memang terdapat beberapa kelemahan berpikir secara rasionalisme dan empirisme, karena kebenaran dengan cara berpikir ini bersifat relatif  atau tidak mutlak. Oleh karena itu, seorang sarjana atau ilmuwan haruslah bersifat rendah hati dan mengakui adanya kebenaran mutlak yang tidak bisa dijangkau  oleh cara berpikir ilmiah. 
Induksi merupakan cara berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Sementara Deduktif merupakan cara berpikir yang berpangkal dari pernyataan umum, dan dari sini ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.